Khutbah Iedul Adha 1434 H

AKTUALISASI MORAL EXELLENCE IBRAHIM AS.

DALAM KEHIDUPAN MODERN

Oleh: Moh. Muchtarom

 

اَلسَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ

اَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ

اَللهُ اَكْبَرْكَبِيْرًا، وَالْحَمْدُلله ِكَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَاَصِيْلاَ

لآاِلَهَ اِلاَّ الله وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهْ، وَنَصَرَعَبْدَهْ، وَاَعَزَّجُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلاَحْزَابَ وَحْدَهْ .لآاِلَهَ اِلاَّ الله وَلاَ نَعْبُدُ اِلاَّ اِيَّاهْ، مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الْكَافِرُوْنلآاِلَهَ اِلاَّ الله ُوَالله ُاَكْبَرْ. اَلله ُاَكْبَرْ وَلله ِالْحَمْد

 نَحْمَدُالله حَقَّ حَمْدَهْ، وَنَشْكُرُهُ حَقَّ شُكْرَهْ

اَشْهَدُاَنْ لآ اِلَهَ اِلاَّالله ُوَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهْوَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهْ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهْ ,فَيَاعِبَادَالله، اُصِيْكُمْ وَاِيَّايَ نَفْسِيْ بِتَقْوَالله وَطَاعَتِهْ

 

Allahu akbar 3x walillahilhamdu.

Jama’ah shalat ‘iedul adha rahimakumullah

Dalam suasana yang penuh rahmat Allah ini, mari kita bersama-sama untuk bertasbih, bertahmid, bertahlil, dan bertakbir atas segala karunia kasih sayangNya yang tanpa batas. Sebagai hamba yang lemah di hadapan Allah dan sebagai khalifah yang diamanahi untuk menjaga dan melestarikan bumi,  hendaknya kita senantiasa bersimpuh memohon pertolonganNya dan memohon perlindunganNya dari segala mara bahaya yang akan menejerumuskan kita ke dalam kubangan perbuatan dosa. Memohon ampunanNya dari segala perbuatan khilaf kita dan memohon petunjukNya agar setiap langkah kaki, ucapan lisan, dan niatan hati selalu berada dalam syari’atNya.

Lantunan sholawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan agung, Nabi Muhammad Saw. Beliau adalah seorang pendidik yang telah mengajarkan kita berakhlak karimah untuk menjadi sejatining manusia. Rela mengorban harta dan jiwanya demi menggapai ridha Allah Swt, dan mengabdikan seluruh hidupnya mengajak manusia untuk tunduk dan patuh kepada Allah Swt.

Pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah, Kita umat Islam senantiasa merayakan hari raya ‘iedul adha yang pada umumnya dikenal sebagai hari raya ‘iedul qurban. Kita disunnahkan untuk melaksanakan shalat sunnah ‘iedul adha dua rakaat disertai dengan khutbah, dan berkurban dengan hewan kurban seperti domba/ kambing, unta/ sapi bagi yang mampu. Sedangkan di belahan dunia lain tepatnya di Arab saudi, saudara-saudara kita sedang menjalankan rukun Islam yang kelima yaitu melaksanakan ibadah haji dengan khusyu’. Semoga ibadah haji dan ibadah qurban kita diterima Allah Swt. sebagai amal shaleh kita. Amin…

Pada hari raya ‘iedul adha ini, kita juga senantiasa diingatkan perjuangan kepahlawanan dari Nabi Ibrahim as. dan keluarganya. Sungguh dalam setiap hembusan nafas kehidupan Nabi Ibrahim terdapat moral exellence/ keteladanan yang harus kita contoh. Yaitu pengorbanan tanpa pamrih untuk mendapatkan cinta hakiki dan keridhaanNya. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Mumtahana: 4;

ô‰s%ôMtR%x.öNä3s9îouqó™é&×puZ|¡ymþ’ÎûzOŠÏdºtö/Î)tûïÏ%©!$#urÿ¼çmyètB

4. Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia;

 

Dengan keteladanannya tersebut, Nabi Ibrahim mendapatkan kedudukan yang sangat mulia di sisi Allah maupun dalam kehidupan manusia hingga sekarang ini. Namanya harum dan selalu dikenang oleh siapapun. Ada dua predikat yang telah diraih oleh Nabi Ibrahim.  Pertama, Allah mengangkatnya sebagai kekasih sehingga Ibrahim berhak menyandang gelar Khalilullah (kekasih Allah).  Kedua, Ibrahim adalah pendiri trah anbiya’ yang dari keturunannya, lahir nabi-nabi yang lain, termasuk Nabi Muhammad Saw. Untuk keistimewaan ini, Ibrahim berhak atas gelar Abul Anbiya’ (leluhur para nabi).

Kemuliaan yang didapatkan Ibrahim  dilalui dengan jihad dan dakwah yang sangat panjang dalam menempa dirinya menjadi pribadi yang tangguh, membangun keluarga SAMARA, dan menumbangkan kekuasaan pagan  yang telah menghancurkan moralitas, religiusitas dan nilai-nilai kemanusiaan pada waktu itu.

 

Ma’asyiral Muslimin yang yang di rahmati Allah

Era abad ke XXI ditandai dengan kehidupan modern dengan ciri-ciri modernisasi dan digitalisasi di dalam semua relung kehidupan manusia. Dengan adanya kemajuan IPTEKS ini, manusia mendapatkan kemudahan dan dimanjakan dalam menjalankan segala aktifitasnya. Selain itu, dalam era modern ini melahirkan globalisasi yang tidak dapat kita hindari. Suka atau tidak suka umat Islam harus menghadapinya dengan segala dampaknya—positif dan negatif. Salah satu ciri dari globalisasi yaitu terciptanya budaya dunia yang cenderung mekanistik, efisien, tidak menghargai nilai dan norma yang secara ekonomik tidak efisien. Dan hal ini berefek negatif yang dapat merugikan dan mengancam kehidupan manusia, diantaranya pertama; pemiskinan nilai spiritual. Aktifitas sosial yang tidak menghasilkan materi (tidak produktif) dianggap sebagai tindakan tidak rasional, maka kehidupan keagamaan harus disingkirkan dari kehidupan manusia. Kedua, terjun bebas kedudukan manusia dari makhluk spiritual menjadi makhluk material, yang menyebabkan nafsu hewani mendominasi kehidupannya. Ketiga, peran agama digeser menjadi urusan akherat sedang urusan dunia diserahkan ke kekuasaan sains (sekularisasi). Keempat, Tuhan hanya ada dalam pikiran, ucapan, dan karya-karya tulis, tetapi tidak nampak dalam perilaku dan tindakan manusia.

Dengan melihat ciri dan implikasi dari kehidupan modern di atas, dengan demikian kehidupan kita sekarang ini telah kembali kepada kehidupan pagan dan atheis yang ditandai dengan dominasi materialisme, hedonisme, permisifisme, dan sekularisme. Akibatnya nilai-nilai kemanusiaan, moralitas, spiritualitas dan religiusitas digantikan dengan nafsu hawayaniyyah (nafsu binatang) dalam kehidupan manusia. Manusia membutuhkan Tuhan hanya ketika sudah putus asa menghadapi permasalahan hidup, dan hanya menjadi pemuas spiritualitasnya saja, namun tidak hadir dalam perilaku dan tindakannya.

Allahu akbar 3x walillahilhamdu

Jama’ah shalat i’iedul Adha rahimakumullah

Menginsafi kondisi tersebut, maka menjadi sangat penting bagi kita, Umat Islam untuk mengaktualisasikan moral exellence Nabi Ibrahim as. kita hendaknya berkaca kepada jihad dan dakwah Nabi Ibrahim dan mentransformasikannya dalam kehidupan modern sekarang ini, dalam rangka mengembalikan cita-cita tauhid yang dibawa para nabi dan rasul, khususnya Nabi Ibrahim as. Nilai-nilai agama, spiritualitas, dan moralitas menjadi sumber dan standar kehidupan manusia. Dan ini menjadi misi penting dalam rangka mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan untuk memanusiakan manusia yang manusiawi.

Pada kesempatan yang mulia ini, mari kita mencoba untuk belajar menempa diri menjadi sosok yang dapat menghadirkan kemuliaan hidup sebagaimana Nabi Ibrahim as. telah menorehkan keteladanan moral exellence dalam hidupnya. Dalam dakwah dan jihad beliau setidaknya memiliki empat visi, diantaranya yaitu:

Pertama, membina kepribadian mukmin yang tangguh. Nabi Ibrahim as. telah menempuh jalan yang sangat panjang dalam menempa pengalaman keagamaannya untuk menguatkan akidah dan keimanannya kepada Allah Swt. (iman al-amiq). Dari pencariannya terhadap eksistensi Tuhan dengan mengagumi bintang, bulan, dan matahari hingga keingintahuannya terhadap kekuasaan Tuhan. Semuanya itu dilakukan dalam rangka menguatkan dan menancapkan kedalaman tauhid dan imannya kepada Allah Swt di dalam hatinya.

øŒÎ)urtA$s%ãLìÏdºtö/Î)Éb>u‘ö@yèô_$##x‹»ydt$s#t6ø9$#$YYÏB#uäÓÍ_ö7ãYô_$#ur¢ÓÍ_t/urbr&y‰ç7÷è¯RtP$oYô¹F{$#ÇÌÎÈ  

35. dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala (QS. Ibrahim: 35)

Sayyid Quthb dalam tafsir fi dzilalil Quran menafsiri ayat tersebut: “Doa ini menampakkan adanya kenikmatan lain dari nikmat-nikmat Allah. Yakni nikmat dikeluarkannya hati dari berbagai kegelapan dan kejahiliyahan syirik kepada cahaya beriman, bertauhid kepada Allah swt.”  Karena itu, iman atau tauhid merupakan nikmat terbesar yang Allah swt berikan kepada kita semua sehingga iman merupakan sesuatu yang amat prinsip dalam Islam.

Kekuatan tauhid dan kedalaman iman seseorang menjadi spirit untuk melakukan perubahan yang mendasar dalam kehidupannya. Sandaran yang kuat kepada Allah Swt. akan membebaskan dirinya dari belenggu dan keberhalaan kepada makhluk. Tiada lagi yang perlu ditakutkan dan kekhawatiran yang berlebihan, karena daya kekuatan iman dan tauhid telah menembus batas-batas kehidupan duniawi.

Kedua, membina keluarga SAMARA (Sakinah, Mawadah, Rahmah). Rasa cinta, kehidupan yang tenang, dan kebahagiaan bagi Nabi Ibrahim, standar utamanya bukanlah menumpuknya kebendaan pada dirinya. Namun cinta kepada Allah Swt, iman kepada hari akhir, dan meraih ridhaNya merupakan cita-cita tertingginya. Dan visi kehidupan ini beliau tanamkan kepada isteri-isterinya dan beliau wariskan kepada anak-anaknya. Ketika Nabi Ibrahim as., melalui mimpinya diperintah oleh Allah Swt untuk menyembelih anaknya–Ismail as., ada rasa gundah untuk melaksanakannya. Karena sudah sejak lama hingga usia senja beliau selalu merindukan kehadiran buah hati dalam kehidupan keluarganya. Dalam penantian yang sangat panjang tersebut, Allah Swt. mengabulkan permohonannya. Namun, pada saat beliau sedang berbahagia dengan kehadirian Ismail as., beliau diperintahkan untuk menyembelih anaknya sendiri. Sungguh perintah yang sangat berat hati untuk menunaikannya.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Maka tatkala anak itu sampai (usia baligh untuk mampu) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS: 37: 102).

Bacalah dengan seksama! Betapa situasi yang sangat berat tersebut dapat dilalui oleh Ibrahim as dan keluarganya dengan baik. Ketika Ibrahim as menyampaikan maksudnya untuk menjalankan perintah Allah Swt., maka jawaban yang indah keluar dari lisan Ismail as,”Wahai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Bagi para orang tua sekarang ini ketika mendengar jawaban Ismail as. tersebut tentu sangat menggetarkan hati dan membuncahkan kebanggaan tersendiri. Betapa sebuah perintah Tuhan yang sangat berat untuk menggadaikan nyawanya—Ismail–, tetapi tanpa keraguan sedikitpun, Ismail menyambutnya dengan keikhlasan dan kesabarannya. Kita mafhum kepribadian Ismail yang menakjubkan seperti itu tidak mungkin muncul dengan sendirinya, pasti melalui proses pendidikan yang sangat baik yang telah dilakukan oleh orang tuanya. Dan Ibrahim as. telah menorehkan akhlak karimah kepada anaknya dengan baik. Fondasi iman menjadi kekuatan yang sangat penting dalam membangun keluarga SAMARA.

Ketiga, membangun masyarakat yang beriman dan taat kepada Allah Swt. Nabi Ibrahim as., adalah orang yang sangat peduli terhadap lingkungannya. Beliau sangat prihatin ketika melihat kondisi masyarakat yang menyembah berhala/ berbuat musyrik, sering malakukan kemaksiatan, jauh dari keimanan dan ketqwaan kepada Allah, maka beliau maju ke depan untuk memperbaikinya. Allah swt berfirman QS. Al-Anbiya: 57-60

«!$$s?ur¨by‰‹Å2V{/ä3yJ»uZô¹r&y‰÷èt/br&(#q—9uqè?tûï̍Î/ô‰ãBÇÎÐÈ   óOßgn=yèyfsù#¸Œºx‹ã`žwÎ)#ZŽÎ7Ÿ2öNçl°;óOßg¯=yès9Ïmø‹s9Î)šcqãèÅ_ötƒÇÎÑÈ   (#qä9$s%`tBŸ@yèsù#x‹»yd!$oYÏGygÏ9$t«Î/¼çm¯RÎ)z`ÏJs9šúüÏJÎ=»©à9$#ÇÎÒÈ   (#qä9$s%$oY÷èÏJy™Ó\LsùöNèdãä.õ‹tƒãA$s)ãƒÿ¼ã&s!ãLìÏdºtö/Î)ÇÏÉÈ  

“Demi Allah, Sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.  mereka berkata: “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan Kami, Sesungguhnya Dia Termasuk orang-orang yang zalim.” mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim “.

Bahkan dalam lantunan doa-doanya, Ibrahim as. memohon kepada Allah swt., ketika sepeninggal dirinya agar mengutus nabi dan rasulNya yang akan menggantikan peran dirinya. Inilah bentuk kepedulian Nabi Ibrahim kepada masyarakatnya bahkan tidak hanya pada masanya, tapi juga generasi berikutnya.

Allah Swt. berfirman:

$uZ­/u‘ô]yèö/$#uröNÎg‹ÏùZwqߙu‘öNåk÷]ÏiB(#qè=÷GtƒöNÍköŽn=tæy7ÏG»tƒ#uäÞOßgßJÏk=yèãƒur|=»tGÅ3ø9$#spyJõ3Ïtø:$#uröNÍkŽÏj.t“ãƒur4y7¨RÎ)|MRr&Ⓝ͕yèø9$#ÞOŠÅ3ysø9$#ÇÊËÒÈ  

“Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al Baqarah: 129)

Keempat, membangun negara yang aman dan dikaruniai rizki yang banyak dari Allah Swt. Beliau berdoa: QS. 2: 126

øŒÎ)urtA$s%ÞO¿Ïdºtö/Î)Éb>u‘ö@yèô_$##x‹»yd#µ$s#t/$YZÏB#uäøã—ö‘$#ur¼ã&s#÷dr&z`ÏBÏNºtyJ¨V9$#ô`tBz`tB#uäNåk÷]ÏB«!$$Î/ÏQöqu‹ø9$#ur̍ÅzFy$#(tA$s%`tBurtxÿx.¼çmãèÏnGtBésùWx‹Î=s%§NèOÿ¼çn”sÜôÊr&4’n<Î)É>#x‹tã͑$¨Z9$#(}§ø©Î/ur玍ÅÁyJø9$#ÇÊËÏÈ  

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali”.

Sayyid Quthb dalam Fi Dzilalil Quran menyatakan: “Nikmat keamanan adalah kenikmatan yang menyentuh manusia, memiliki daya tekan yang besar dan perasaannya dan berhubungan pada semangat hidup pada dirinya.”

Apa yang dicita-citakan oleh Nabi Ibrahim as ini bila kita ukur dalam konteks negara kita ternyata masih jauh dari harapan, hal ini karena keamanan menjadi sesuatu yang sangat mahal, sementara kesulitan mendapatkan rizki atau makan masih begitu banyak terjadi. Namun kesulitan demi kesulitan masyarakat pada suatu negara dan bangsa ternyata bukan karena Allah tidak menyediakan atau tidak memberikan rizki, tapi karena ketidakadilan dan korupsi yang merajalela. Di sinilah letak pentingnya bagi kita untuk istiqamah atau mempertahankan nilai-nilai kebenaran. Meskipun banyak orang yang korupsi, kita tetap tidak akan terlibat, karena jalur hidup kita adalah jalur yang halal.

Setiap orang bertanggung jawab untuk mewujudkan kehidupan negara dan bangsa yang baik, namun para pemimpin dan pejabat harus lebih bertanggung jawab lagi. Karena itu, kita amat menyayangkan bila banyak orang mau jadi pejabat tapi tidak mampu mempertanggungjawabkannya, jangankan di hadapan Allah swt, di hadapan masyarakat saja sudah tidak mampu.

Allahu akbar 3x walillahilhamdu

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Demikianlah khutbah ied kita pada pagi ini, semoga memotivasi kita untuk terus berjuang dengan penuh kesungguhan guna memperbaiki diri, keluarga, umat dan bangsa. Sebagaimana yang telah Nabi Ibrahim lakukan, beliau telah meninggalkan jejak-jejak kebaikan kepada kita semua untuk mengikutinya. Mari kita berdo’a kepada Allah Swt.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.

اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر

اَللَّهم اغْفِرْ لِلْمسلمين وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَشْكُوْرً وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 

 

 

 

 

//

//