“Mengenal Lebih Jauh Sosok Islam Liberal”

Surakarta – Pemikiran Islam Liberal telah menjadi hegemoni. Produk-produk pemikiran mereka telah tersebar luas, secara terang-terangan maupun tersembunyi, baik tokoh-tokohnya terkenal atau tidak. Berbagai macam perlawanan muncul untuk menangkal pemikiran Islam Liberal. Yang paling utama adalah perlawanan dengan mengutamakan tradisi keilmuan, tidak sekedar marah-marah ataupun mencaci maki. Inilah yang paling ditekankan oleh Akmal Sjafril, penulis buku Islam Liberal 101, dalam acara Malam Bina Ruhiyah (Mabiru) yang diselenggarakan LDK Jamaah Nurul Huda Unit Kegiatan Mahasiswa Islam Universitas Sebelas Maret (JN UKMI UNS), Jum’at, 03 Mei 2013 lalu di Masjid Nurul Huda UNS, dengan tema “Mengenal Lebih Jauh Sosok Liberal di Mata Islam”.

Dalam acara Mabiru yang diselenggarakan kembali pasca renovasi Masjid Nurul Huda UNS itu, Akmal memaparkan presentasi dengan judul ‘Islam Liberal: Antara Mitos dan Tabir’. “Banyak diantara kita orang awam, atau bahkan aktivis dakwah, masih percaya dengan pemikiran Islam Liberal. Harapannya setelah acara ini kelar, kita sama-sama menjadi tahu sebenarnya seperti apa sih pemikiran orang-pemikiran orang liberal”, tegas Akmal. Yang paling berbahaya menurut salah satu aktivis #IndonesiaTanpaJIL ini adalah, bahwa orang-orang Islam Liberal membuka pintu ijtihad pada semua dimensi Islam. “Ada itu di situsnya (www.islamlib.com_red). Mereka membuka pintu ijtihad seluas-luasnya, bahkan hingga pada tataran ketuhanan. Saya sebenarnya lebih memahami bahwa itu spekulasi, bukan ijtihad”, tukasnya. Pemikiran Islam Liberal ini haruslah dilawan untuk menjaga aqidah Islam ini, bahkan untuk menjaga keharmonisan beragama dengan pemeluk agama yang lain. “Ada yang pernah bertanya, kenapa sih harus kita lawan, bukannya malah mereka (orang Islam Liberal) bakal semakin terkenal? Saya jawab, bahwa terkenal atau enggak mereka, nyatanya pemikirannya sekarang sudah menjadi hegemoni”, kata Akmal. Berkat ‘kerja keras’ yang telah mereka (orang-orang Islam Liberal) bangun sejak lama, pemikiran-pemikiran ini tersebar luas. Media massa mainstream juga memiliki andil dalam menyebarkan pemikiran mereka. Yang paling penting adalah, menurut Akmal, untuk melakukan perlawanan terhadap penyebaran ini harus dengan tradisi keilmuan, yaitu diskusi-diskusi, membaca buku, menulis buku, dan tradisi keilmuan lainnya. Akmal prihatin dengan buku yang banyak hadir di toko-toko buku banyak penulisnya mempunyai pemikiran liberal. Akmal pun menyemangati para peserta agar menumbuhkan semangat tradisi keilmuan ini, tidak hanya sekedar marah-marah dan mencaci atau memaki pemikiran ini. “Tidak harus menjadi da’i untuk mengetahui pemikiran orang-orang Islam Liberal ini”, tegasnya. Pada sesi acara yang lain hadir juga sebagai pembicara Pembina JN UKMI UNS, Muhammad Muchtarom, M.Si. Beliau banyak bercerita mengenai pengalamannya mengenyam pendidikan Islam di lingkungan yang terdapat banyak orang berpemikiran Liberal, di salah satu universitas Islam negeri di Indonesia. Menurut Muchtarom, Islam Liberal tidak hanya terbatas atau tergabung dalam JIL (Jaringan Islam Liberal). Dosen yang juga mengajarkan Pendidikan Agama Islam dan Filsafat Politik ini mengungkapkan bahwa sebenarnya pemikiran-pemikiran Islam Liberal itu cukup lemah. Salah satunya adalah bahwa orang-orang Islam Liberal melihat Islam dari kacamata barat. Maka praktis bahwa Islam yang dilihat adalah dari permukaan saja. “Orang-orang liberal menganggap bahwa Agama hanyalah produk-produk budaya saja”, tukas Muchtarom. Dia kemudian melanjutkan, meskipun orang-orang barat saat ini menguasai Iptek, bukan berarti mereka juga menjadi rujukan tentang keilmuan Islam. “Padahal, pada jaman kejayaan Islam dahulu, ‘ulama menjadi rujukan untuk ranah Iptek dan agama. Pada dasarnya, Iptek tidak bisa dipisahkan dengan agama. Dengan Iptek kita seharusnya menjadi lebih dekat dengan Allah SWT karena dapat mengetahui keagungannya”, lanjut beliau. Akmal kemudian menambahkan, kita juga perlu membaca buku apa saja yang mereka (orang Islam Liberal) baca. Akmal menegaskan, agar kita tidak larut dengan bacaan mereka, kita perlu menarik sebuah garis yang tegas bahwa ini (membaca buku yang menjadi sumber bacaan orang-orang Islam Liberal) dilakukan dalam rangka untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya pemikiran Islam Liberal itu. “Suatu saat pernah dalam acara debat di mana saya diundang, ada mahasiswa yang mengajukan pernyataan bahwa Islam Liberal inilah yang dia yakini benar, karena rujukannya merupakan rujukan Islam Liberal semua. Saya katakan bahwa itulah masalah dia. Malah dia lebih fundamentalis lagi, cuma mau baca sumber Islam Liberal”, canda Akmal, “Jadi artinya, kita perlu membuka lebar pikiran kita. Kita juga perlu baca buku mereka, sekedar untuk mengetahui bagaimana pemikiran mereka”, lanjutnya.

http://news.fimadani.com/read/2013/05/05/akmal-sjafril-islam-liberal-antara-mitos-dan-tabir/